Rabu, 04 Juli 2012

USAMA, PANGLIMA TERMUDA DALAM SEJARAH ISLAM


Mekah tahun ketujuh sebelum hijrah. Ketika itu Rasulullah  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang susah karena tindakan kaum Qurasy yg menyakiti beliau dan para sahabat. Kesulitan dan kesusahan berdakwah menyebabkan beliau senantiasa harus bersabar. Dalam suasana seperti itu tiba-tiba seberkas cahaya memancar memberikan hiburan yg menggembirakan.
Seorang pembawa berita mengabarkan kepada beliau “Ummu Aiman melahirkan seorang bayi laki-laki.” Wajah Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berseri-seri krn gembira menyambut berita tersebut. Siapakah bayi itu? Sehingga kelahirannya dapat mengobati hati              Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yg sedang duka berubah menjadi gembira ? Itulah dia Usamah bin Zaid. Para sahabat tidak merasa aneh bila Rasulullah  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersuka-cita dgn kelahiran bayi yg baru itu. Karena mereka mengetahui kedudukan kedua orang tuanya di sisi Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Ibu bayi tersebut seorang wanita Habsyi yg diberkati terkenal dgn panggilan “Ummu Aiman”. Sesungguhnya Ummu Aiman adl bekas sahaya ibunda Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  Aminah binti Wahab. Dialah yg mengasuh   Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ waktu kecil selagi ibundanya masih hidup. Dia pulalah yg merawat sesudah ibunda wafat. Karena itu dalam kehidupan Rasulullah  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ beliau hampir tidak mengenal ibunda yg mulia selain Ummu Aiman. Rasulullah  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyayangi Ummu Aiman sebagaimana layaknya sayangnya seroang anak kepada ibunya. Beliau sering berucap “Ummu Aiman adl ibuku satu-satunya sesudah ibunda yg mulia wafat dan satu-satunya keluargaku yg masih ada.” Itulah ibu bayi yg beruntung ini. Adapun bapaknya adl kesayangan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Zaid bin Haritsah. Rasulullah  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya sebelum ia memeluk Islam. Dia menjadi sahabat beliau dan tempat mempercayakan segala rahasia. Dia menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah tangga beliau dan orang yg sangat dikasihi dalam Islam. Kaum muslimin turut bergembira dgn kelahiran Usamah bin Zaid melebihi kegembiraan meraka atas kelahiran bayi-bayi lainnya. Hal itu bisa terjadi krn tiap-tiap sesuatu yg disukai Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga mereka sukai. Bila beliau bergembira mereka pun turut bergembira. Bayi yg sangat beruntung itu mereka panggil “Al-Hibb wa Ibnil Hibb” . Kaum muslimin tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yg masih bayi itu dengap panggilan tersebut. Karena Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memang sangat menyayangi Usamah sehingga dunia seluruhnya agaknya iri hati. Usamah sebaya dgn cucu Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Hasan bin Fatimah az-Zahra. Hasan berkulit putih tampan bagaikan bunga yg mengagumkan. Dia sangat mirip dgn kakeknya Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Usamah kulitnya hitam hidungnya pesek sangat mirip dgn ibunya wanita Habsyi. Namun kasih sayang Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada keduanya tiada berbeda. Beliau sering mengambil Usamah lalu meletakkan di salah satu pahanya. Kemudian diambilnya pula Hasan dan diletakkannya di paha yg satunya lagi. Kemudian kedua anak itu dirangkul bersama-sama ke dadanya seraya berkata “Wahai Allah saya menyayangi kedua anak ini maka sayangi pulalah mereka!” Begitu sayangnya Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada Usamah pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga keningnya luka dan berdarah. Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah tetapi tidak mampu melakukannya. Karena itu beliau berdiri mendapatkan Usamah lalu beliau isap darah yg keluar dari lukanya dan ludahkan. Sesudah itu beliau bujuk Usamah dgn kata-kata manis yg menyenangkan hingga hatinya merasa tenteram kembali. Sebagaimana Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyayangi Usamah waktu kecil tatkala sudah besar beliau juga tetap menyayanginya. Hakim bin Hazam seorang pemimpin Qurasy pernah menghadiahkan pakaian mahal kepada Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Hakam membeli pakaian itu di Yaman dgn harga lima puluh dinar emas dari Yazan seorang pembesar Yaman. Rasulullah enggan menerima hadiah dari Hakam sebab ketika itu dia masih musyrik. Lalu pakaian itu dibeli oleh beliau dan hanya dipakainya sekali ketika hari Jumat. Pakaian itu kemudian diberikan kepada Usamah. Usamah senantiasa memakainya pagi dan petang di tengah-tengah para pemuda Muhajirin dan Anshar sebayanya. Sejak Usamah meningkat remaja sifat-sifat dan pekerti yg mulia sudah kelihatan pada dirinya yg memang pantas menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Dia cerdik dan pintar bijaksana dan pandai takwa dan wara. Ia senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela. 
Waktu terjadi Perang Uhud Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . beserta serombongan anak-anak sebayanya putra-putra para sahabat. Mereka ingin turut jihad fi sabilillah. Sebagian mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi ditolak krn usianya masih sangat muda. Usamah bin Zaid teramasuk kelompok anak-anak yg tidak diterima. Karena itu Usama pulang sambil menangis. Dia sangat sedih krn tidak diperkenankan turut berperang di bawah bendera Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dalam Perang Khandaq Usamah bin Zaid datang pula bersama kawan-kawan remaja putra para sahabat. Usamah berdiri tegap di hadapan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ supaya kelihatan lbh tinggi agar beliau memperkenankannya turut berperang. Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kasihan melihat Usamah yg keras hati ingin turut berperang. Karena itu beliau mengizinkannya Usamah pergi berperang menyandang pedang jihad fi sabilillah. Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun. Ketika terjadi Perang Hunain tentara muslimin terdesak sehingga barisannya menjadi kacau balau. Tetapi Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama denga ‘Abbas Sufyan bin Harits dan enam orang lainnya dari para sahabat yg mulia. Dengah kelompok kecil ini Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berhasil mengembalikan kekalahan para sahabatnya menjadi kemenangan. Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yg lari dari kejaran kaum musyrikin. 
Dalam Perang Mu’tah Usamah turut berperang di bawah komando ayahnya Zaid bin Haritsah. Ketika itu umurnya kira-kira delapan belas tahun. Usamah menyaksikan dgn mata kepala sendiri tatkala ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada. Tetapi Usamah tidak takut dan tidak pula mundur. Bahkan dia terus bertempur dgn gigih di bawah komando Ja’far bin Abi Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya pula. Usamah menyerbu di bawah komando Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini gugur pula menyusul kedua sahabatnya yg telah syahid. Kemudian komando dipegang oleh Khalid bin Walid. Usamah bertempur di bawah komando Khalid. 
Dengan jumlah tentara yg tinggal sedikit kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentara Rum. Seusai peperangan Usamah kembali ke Madinah dgn menyerahkan kematian ayahnya kepada Allah. Jasad ayahnya ditinggalkan di bumi Syam dgn mengenang segala kebaikan almarhum. Pada tahun kesebelas hijriah Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentara utk memerangi pasukan Rum. Dalam pasukan itu terdapat antara lain Abu Bakar Shidiq, Umar bin Khattab, Sa’ad bin ABi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain sahabat yg tua-tua. Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengangkat Usamah bin Zaid yg muda remaja menjadi panglima seluruh pasukan yg akan diberangkatkan. Ketika itu usia Usamah belum melebihi dua puluh tahun. Beliau memerintahkan Usamah supaya berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Daarum dekat Gazzah termasuk wilayah kekuasaan Rum. Ketika bala tentara sedang bersiap-siap menunggu perintah berangkat Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. sakit dan kian hari sakitnya makin keras. Karena itu keberangkatan pasukan ditangguhkan menunggu keadaan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaik. Kata Usamah “Tatkala sakit Rasulullah bertambah berat saya datang menghadap beliau diikuti orang banyak setelah saya masuk saya dapati beliau sedang diam tidak berkata-kata krn kerasnya sakit beliau. Tiba-tiba beliau mengangkat tangan dan meletakkannya ke tubuh saya. Saya tahu beliau memanggilku.” Tidak berapa lama kemudian Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pulang ke rahmatullah. 
Abu Bakar Shidiq terpilih dan dilantik menjadi khalifah. Khalifah Abu Bakar meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid sesuai dgn rencana yg telah digariskan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . Tetapi sekelompok kaum Anshar menghendaki supaya menangguhkan pemberangkatan pasukan. Mereka meminta Umar bin Khattab membicarakannya dgn Khalifah Abu Bakar. Kata mereka “Jika khalifah tetap berkeras hendak meneruskan pengiriman pasukan sebagaimana dikehendakinya kami mengusulkan panglima pasukan yg masih muda remaja ditukar dgn tokoh yg lbh tua dan berpengalaman.” Mendengar ucapan Umar yg menyampaikan usul dari kaum Anshar itu Abu Bakar bangun menghampiri Umar seraya berkata dgn marah “Hai putra Khattab! Rasulullah telah mengangkat Usamah. Engkau tahu itu. Kini engkau menyuruhku membatalkan putusan Rasululllah. Demi Allah tidak ada cara begitu!” Tatkal Umar kembali kepada orang banyak mereka menanyakan bagaimana hasil pembicaraannya dgn khalifah tentang usulnya. Kata Umar “Setelah saya sampaikan usul kalian kepada Khalifah belaiu menolak dan malahan saya kena marah. Saya dikatakan sok berani membatalkan keputusan Rasulullah. 
Maka pasukan tentara muslimin berangkat di bawah pimpinan panglima yg masih muda remaja Usamah bin Zaid. Khalifah Abu Bakar turut mengantarkannya berjalan kaki sedangkan Usamah menunggang kendaraan. Kata Usamah “Wahai Khalifah Rasulullah! Silakan Anda naik kendaraan. Biarlah saya turun dan berjalan kaki. ” Jawab Abu Bakar “Demi Allah! jangan turun! Demi Allah! saya tidak hendak naik kendaraan! Biarlah kaki saya kotor sementara mengantar engkau berjuang fisabilillah! Saya titipkan engkau agama engkau kesetiaan engkau dan kesudahan perjuangan engkau kepada Allah. Saya berwasiat kepada engkau laksanakan sebaik-baiknya segala perintah Rasulullah kepadamu!” Kemudian Khalifah Abu Bakar lbh mendekat kepada Usamah. Katanya “JIka engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya. Izinkanlah dia tinggal utk membantu saya. Usamah kemudian mengizinkannya. Usamah terus maju membawa pasukan tentara yg dipimpinnya. Segala perintah Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepadanya dilaksanakan sebaik-baiknya. Tiba di Balqa’ dan Qal’atud Daarum termasuk daerah Palestina, Usamah berhenti dan memerintahkan tentaranya berkemah. Kehebatan Rum dapat dihapuskannya dari hati kaum muslimin. Lalu dibentangkannya jalan raya di hadapan mereka bagi penaklukan Syam dan Mesir. 
Usamah berhasil kembali dari medan perang dgn kemenangan gemilang. Mereka membawa harta rampasan yg banyak melebihi perkiraan yg diduga orang. Sehingga orang mengatakan “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dgn selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yg dibawa pasukan Usamah bin Zaid.” Usamah bin Zaid sepanjang hidupnya berada di tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin. Karena dia senantiasa mengikuti sunah Rasulullah dgn sempurna dan memuliakan pribadi Rasul. 
Khalifah Umar bin Khattab pernah diprotes oleh putranya Abdullah bin Umar krn melebihkan jatah Usamah dari jatah Abdullah sebagai putra Khalifah. Kata Abdullah bin Umar “Wahai Bapak! Bapak menjatahkan utk Usamah empat ribu sedangkan kepada saya hanya tiga ribu. Padahal jasa bapaknya agaknya tidak akan lbh banyak daripada jasa Bapak sendiri. Begitu pula pribadi Usamah agaknya tidak ada keistimewaannya daripada saya. Jawab Khalifah Umar “Wah?! jauh sekali?! Bapaknya lbh disayangi Rasulullah daripada bapak kamu. Dan pribadi Usamah lbh disayangi Rasulullah daripada dirimu.” Mendengar keterangan ayahnya Abdullah bin Umar rela jatah Usamah lbh banyak daripada jatah yg diterimanya. Apabila bertemu dgn Usamah Umar menyapa dgn ucapan “Marhaban bi amiri!” . Jika ada orang yg heran dgn sapaan tersebut Umar menjelaskan “Rasulullah pernah mengangkat Usamah menjadi komandan saya.” Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada para sahabat yg memiliki jiwa dan kepribadian agung seperti mereka ini. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar